hidup ini secerah matahari pagi dan semendung hujan

6.7.06

Born Of Frustatiouin

0 komentar
Kekuatan cinta yang terpendam dalam keutuhan jasad manusia mulai terlupakan saat angin segar pembawa kekayaan mengitari balai kota tua ini.
Kesejahteraan hidup, keinginan memiliki, saat yang lama sudah begitu busuk untuk dipertahankan,
kita melirik pada hal baru yang lebih menyejukkan diri walau didalam hati kita, kita tau semua hanyalah keinginan hasrat sesaat,
manusia yang tak pernah juga merasa bosan akan keglamoran, kekuatan, menjadi bumerang saat kita mulai menyesali masa lalu dan tak melihat masa sekarang untuk menuju masa yang akan datang.
Kita berawal dari suatu keadaan kosong, telanjang bulat, tanpa selembar pun kain yang menutupi seluruh badan,
untuk pertama kalinya kita melihat dunia ini,
sungguh memalukan,
darah para serdadu menodai sucinya alam ini.
Kita malu, karena orang bersimbah darah mencari kekuasaan.
Makhluk apa yang sebenar-benarnya mulia menginginkan suatu keabadian dalam realita yang tak kekal?
Segala hal keluar dari ketidak-beradaan, kembali ke ketiadaan.
Apa yang sebenarnya kita cari di tengah dunia yang sudah terkontaminasi ini? Apa yang akan dilakukan saat manusia telah membawa nilai-nilai ini ke bawah, jauh lebih dalam ke jurang tanpa dasar.
setiap Manusia menginginkan dunia dan apa yang berada didalamnya menjadi seperti apa yang manusia inginkan untuk terjadi pada dirinya sendiri.
Ilustrasi apa lagi yang bisa menbawa imajinasi ketingkat realiti selain pribadinya sendiri. Langkah yang kemudian menjadi pemicu konflik-konflik kepentingan, berada diantara pribadi dan lingkungan membawa kita menjadi kebingungan, karena ternyata apa yang baik bagi diri kita adalah belum tentu baik bagi orang lain, dan kita tetap tidak mau berkompromi padanya.
Baiklah, kompromi bisa, namun pilihannya hanya dua, mencari jalan tengah atau salah satu pihak harus dikorbankan, dan seperti biasa, pribadi harus menanggung kebingungan itu sendiri, karena consensus yang telah terbentuk di masyarakat bukan untuk dikorbankan dalam perundingan.
Is that meant that I am a deviant? The self egoistic person off all, the pretenders about what is supposed to be believed and I simply avoid what I don’t want to choose, choosing something that not I liked make my self soul weaker against time, I don’t liked to be the weak man, but I sure liked if I end up to be the weakest, what most importing here is my ability to see what is on me, not you or any other else, my future is what I chose to believe, my future is what make I now, tomorrow or yesterday, nothing about what I like or dislike, unfortunettly here, well struck by own seducktive underconsciousness present, nothing is everythings when its happened in paradoksal meaning, but understanding better to makes people seems hilucynating.

'karasMan

1 komentar


Dia menengok kembali kebelakang, yang ke sebelas kalinya dalam 5menit yang baru saja tergantikan 5menit yang baru, “ada apa? Kenapa harus menjadi seperi ini? Pasang yang datang seperti menantang, buih-buih ombak kenangan hanya ikut membisingkan hati nurani, lantang malam menjemput pagi, keras karang menyerupai hati yang terpatri, mati”, “kehidupan buat ku hanya sebuah permainan bocah malang yang tak tertemani, berseri sendiri, menangis sendiri, menyadur rindu sambil membisu”
Geliat nurani yang masih juga dirundung kesendirian, “kau hanya seorang pencari yang tak pernah tau apa yang dicari”, sesekali meludah, menyatukan mesra dan durja,”kapan pernah kau temukan?kebodohan melingkupi sanubari dan menyisakan penderitaan, kenapa masih berkeras kau teruskan?”
Aku kembali terdiam, hanya melihat, tak kuasa untuk ikut merasakan alam yang tak lelah bergerak,”kesombongan hanya bagian dari kekuasaan yang memang tak pernah hinggap, kematian yang menjadi alam penyegaran bagi sebagian orang, takkan pernah menjadi, apa yang diharap terjadi”, nurani sigap berdiri,”jadi?”, matanya terus menatap kekosongan, hingga terisi penuh diri yang sepi ini. Seperti biasa, obrolan kita, debat kusir yang sudah 3 tahun nga kelar-kelar, selalu diakhiri dengan kalimat pertanyaan,?,lagian, pertanyaan itu berbentuk pertanyaan retorik, jelas saja, ane lebih milih ngelamun dari pada ngejawab apa yang sebenar-benarnya tak perlu untuk dijawab.
Satu hal yang menjadi kesimpulan pada satu kesempatan seusai berdebat tak lama teruraikan kembali, terdekonstruksi ulang, dipecahkan menjadi beberapa bagian untuk kemudian disatukan kembali sebelum menjadi usang dan termakan kalender yang selalu uptodate. Jadi ngapain nyimpulin tali kusut yang nga ada ujungnya?ngapain nyari kunci yang nga ada pintunya?lagian, mau kemana? Kesimpulan sebaik apa pun, juga separah apapun hanya berada dikepala, masih muda nih, masa uban ikut mejeng sih, mendingan cari sedikit gravitasi sambil nari.
Sebuah dada di bawah kepala….
Menjauhkan tekanan dari tahanan….
Teriakkan senang kemenangan…
Aku terlahir tanpa bayangan….
0 komentar
Bodoh…pembodohan terstruktur dari siapa yang mengatur apa yang ingin kita ketahui….
Sakit….kebingungan seperti limbung oleh pemerasan hak yang terus sambung-menyambung, tak berujung…..
Sedang kita hanyut, sambil bergelantung pada sisa-sisa daun penyambung rasa, rasa apa yang dibawa, hanya dikala rasa mulai menyapa……….
Kering…sambil nyengir, dikit-dikit keliatan bangir dan masih juga bau hanyir, anjir!!!
Bo’ong…mimpi disiangbolong hanya berbentuk bilang prima, masih juga menerima…

Kehendak, keinginan, dalam hati yang ternyata dibekukan oleh padanya
Pilah-pilih juga sama merintih, ngapain jadi benih tanpa buah, tanpa perih

Mimpi seperti diri
Mimpi terus ber-evolusi
Akankah angan hilang?
Jangan bilang apa-apa!!!!….

Suka memburu duka…..Kejar mengejar selalu terkejar…. Susahnya kemudahan, Diartikan melalui relativitas menuju kausalitas, walau Tetap menjadi paradoks mutlak….Nilai-nilai keber-ada-an manusia, Tersiak-siak air gerak beriak…..Kau kan terbangkan angan, Angan serupa asap…..Harapan menyatukan ke-1-an dan dua berada, juga tiga terhingga, kini mimpi adalah diri….buih lautan yang menepi….